Rammang Rammang Maros, Taman Hutan Batu satu satunya di Indonesia.

Sungai Pute, dari arah dermaga kayu.
Pute River, from Wooden Port
Hallo para pembaca yang budiman, kali ini saya mencoba untuk mengulas salah satu tempat wisata yang cukup unik dan konon katanya terbesar ke 3 di planet Bumi ini, salah satunya ada di Vietnam. Objek wisata Rammang-Rammang berada di Gugusan Pegunungan Kapur atau Karst Maros di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk menjangkau tempat ini, cukup 90 menit dari pusat Kota Makassar.Taman Hutan Batu Kapur Rammang-Rammang ini hanya satu di Indonesia dan terbesar/terluas ketiga di dunia, setelah yang pertama adalah Taman Hutan Batu Tsingy di Madagaskar dan yang kedua adalah Taman Hutan Batu Shilin yang ada di Tiongkok. Praktis terdapat 2 kompleks taman hutan batu yang berada di kawasan ini, yakni yang berada di bagian utara dan selatan, Panduannya, setelah melewati Bandara Sultan Hasanuddin, lurus saja ke arah Maros, setelah jembatan besi yang melewati sebuah sungai akan terlihat Billboard dari Semen Bosowa di sebelah kanan jalan, nah masuk saja ke sana. Jalanannya cukup bersahabat hehehehe, tapi jangan bawa mobil balap ke sini ya. Bagi yang mempunyai GPS, cukup masukkan koodinat berikut ini :-4.932563, 119.597527

Hello dear readers, this time I try to review one of the tourist attractions are quite unique and reportedly said to the third largest on the planet, one of which is in Vietnam. Rammang-Rammang attractions are in the mountains Group of Cretaceous or Salenrang Karst Maros Village, District Bontoa, Maros, South Sulawesi Province. To reach this place, just 90 minutes from downtown Makassar. Rammang Rammang Stone Forest Park only one in Indonesia and the largest / third largest in the world, after the first one is Tsingy in Madagascar and the second is Shilin in China. Practically there are two complex forest park stone in this area, which is located at the north and south, a guide, after passing the Sultan Hasanuddin Airport, straight toward Maros, after the iron bridge which passes through a river will be visible Billboard of Bosowa Cement Factory in right path, now just go there. The road was quite friendly, but do not bring race cars here. For those who have a GPS, enter the following coordinates: -4.932563, 119.597527





Rammang-Rammang berarti kabut atau awan dalam bahasa Makassar. Kenapa tempat dinamakan begitu, penjelasan logisnya karena pada pagi hari di musim hujan selalu turun awan atau kabut, namun sayang seribu sayang saya mencapai tempat ini pada jam 9 pagi, sedikit kecewa.

Rammang-Rammang means foggy or clouds in the language of Makassar. Why place so named, logical explanation for the early morning in the rainy season a cloud or fog always goes down , but unfortunatelyI reached this place at 9 am
Sungai Pute, ke arah dermaga kayu.
Pute River, toward to Wooden Port
Katinting alias Perahu Kecil.
Katinting or small boat
Kita balik lagi ke lokasi, di sini ada 2 tempat penyeberangan untuk menyusuri Sungai Pute, saya mencoba yang pertama saja karena itu yang paling dekat dari jalanan utama, maklum pertama kali saya ke sini juga dan hanya berbekal GPS dari penduduk lokal. Setelah memarkir kendaraan, kita disambut oleh sebuah dermaga kecil yang bersandar Katinting alias perahu kecil yang dipakai untuk menyusuri Sungai Pute ke Kampung Berua. Ongkos untuk naik perahu ini sekitar 250 ribu per perahu. Pulang Pergi, bisa muat sekitar 5-6 orang dewasa. Oh ya sebelumnya, kalo ke sini jangan lupa pakai Topi ya, panas bangett...atau kalo lupa membawa, bisa meminjam topi caping ala Pak Tani seharga 3000 saja.

We're back to the location, here there are two crossings for Pute River, I tried the first one just because it was the closest of the main streets, knowing my first time here, too, and only armed with "GPS" from local residents. After parking the vehicle, we were greeted by a small dock that leans Katinting or small boat used to down the river to the village Berua. The fare for the boat ride is about 250.000 rupiah per boat for shuttle, it can fit about 5-6 adults. Announcement, if you forget to bring hats, you can borrow cap style hat Farmer for 3.000 rupiah
Perjalanan dimulai.....menyusur sungai yang kanan kiri dipenuhi hamparan tanaman Nipah dan batuan bukit memang sesuatu banget, sungainya yang relatif bersih walaupun berwarna keruh ya maklum musim kemarau.

The journey begins ..... along either side of the river that filled the expanse of Nipah plants and hill rocks . The river is relatively clean though uncleared due to the summer season.
Sungai Pute, kiri kanan tanaman Nipah
Pute River is surronded by Nipah Plant

Sungai, Karst dan Nipah, pemandangan dominan selama menyusurinya.
River, Karst and Nipah, the dominant view of the journey.
Bentuk pohon yang konon mirip dengan bentuk keong.
Shape of the tree which is said to resemble the shape of a snail.
Menyusuri sungai, juga seperti berjalan di jalanan, ada rambu-rambu yang harus diikuti.
Along the river, as well as walking in the streets, there are guidelines that must be followed.
Ada semacam celah sempit juga, yang memberikan
sensasi tersendiri setelah perahu bisa melewatinya. Ini sudah dekat tujuan.

There's sort of a narrow slit as well, which gives
a sensation after a boat could pass it. It is near the destination.
Penyambutan luar biasa dari rekan yang sudah sampai duluan di Kampung Berua..Hahahaha..
The Greatest  reception of my friends who had reached it firstly in Kampung Berua.
Akhirnya kita sampai di Kampung Berua. Ada dermaga kecil lagi, di sini kita bisa membeli tiket sumbangan sebesar 10 ribu per orang saja. Anda kelaparan dan kehausan? Tak perlu kuatir, karena di desa ini ada beberapa tempat yang menjual air minum dan juga makanan ringan seperti mie instant atau kopi instant, harga tidak terlalu mahal, dalam arti tidak dilipatgandakan. Sampai di sini, ya saya jepret-jepret beberapa pemandangan, sayangnya beberapa tambak terlihat berlumut alias musim kemarau, mungkin jika ada waktu di musim penghujan saya mencoba kembali ke tempat ini

Finally we reached the Kampung Berua. There is a small dock again, here we can buy tickets for a donation of 10.000 rupiah per person. Are you hungry and thirsty? No need to worry, because in this village there are a few spots that sell drinking water and snack foods such as instant noodles or instant coffee, the price is not too expensive, in the sense of not multiplied. At this point, I snaped some great views, unfortunately some looks mossy ponds in summer season, maybe if there was a time in the rainy season I will try to going back this place.
Tambak ini biasa dipakai juga untuk memelihara ikan ataupun tanaman Padi
These ponds are also commonly used to preserve fish or rice plants.
Pemandangan menakjubkan dari Kampung ini dengan desain rumah adatnya.
Stunning scenery of this village with its traditionally home design.
Hamparan tambak milik penduduk kampung dengan latar belakang Karst
Expanse of farms belonging to the village with the background of Karst
Satu anugrahNya dengan bentukan bukit Karst yang indah di tempat ini.
One of HIS grace with the formation of the beautiful Karst hills in this place.
Katinting alias Perahu Kecil
A small boat
Karena keterbatasan waktu yang harus saya penuhi untuk kembali ke kota Makassar pada siang harinya, akhirnya tidak berkunjung ke beberapa wisata alam di desa ini, antara lain Taman Hutan Batu Kapur, Telaga Bidadari, Gua Bulu' Barakka’, Gua Telapak Tangan, Gua Pasaung. Sampai jumpa!!!
Due to the limited time that I should complish to return to Makassar in the afternoon, finally I did not visit some of nature attraction in this village, such as Forest Park Limestone, Lake Angel, Cave Bulu Barakka, Cave Palms, Cave Pasaung. See you!!!

Comments