Hotel Tugu Malang (Part 1)



Beatiful Classic Hotel

With Memorabilia of Oei Tiam Hong & Oei Hui Lan


Hotel Tugu - Malang
Saya termasuk penggemar hotel nuansa tempo doeloe seperti hotel Majapahit Surabaya. Berhubung sering mengajak teman ke hotel itu, sempat diberi kabar ada satu lagi hotel yang mirip di kota tetangga Surabaya, Malang,
Hotel Tugu .

Karena dekatnya jarak Surabaya dan Malang dekat, selama ini tidak ada kesempatan untuk coba menginap di sini. Pucuk dicinta ulam tiba, kali ini, ada tamu yang datang dari Australia, yang kebetulan selera hotelnya sama dengan saya, jadi hadirlah kesempatan untuk mengulas hotel ini.


I'm a fan of those classic looking hotel like Majapahit Hotel in Surabaya. There's another notable hotel which is located in Surabaya's neighbor city, Malang, Hotel Tugu.
Since Surabaya and Malang is just two hours drive away, I've never yet got the chance to stay in this hotel.
Luckily, few months ago, a family friend was visiting from Ausie, which coincidentally have the same taste in hotels as I am. So I've got the chance to visit this hotel and take a good look at it.






Hotel Tugu - Malang

Tugu Hotel - Malang

Tugu Hotel - Malang

Sugar Baron Room (Oei Tiong Ham 黄仲涵 & Oei Hui Lan 黄蕙兰)


Salah satu ruang yang paling menarik adalah ruang yang didedikasikan ke konglomerat Semarang, Oei Tiong Ham, salah satu orang terkaya di Asia Tenggara pada jamannya. Ruang ini berisi banyak barang antik dari Dinasti Han dan Ching di Cina. Ruangan ini bisa dipakai untuk acara makan atau pertemuan untuk tamu hotel.

One of the most interesting room here is the Sugar Baron Room
This room is created in commemorating the memory of a sugar baron of Southeast Asia who lived in Java, Oei Tiong Ham. In the early 20th century, Oei Tiong Ham was one of the richest men in Asia. This room features very rare and exquisite Chinese antiquities that originated from the periods between the Han Dinasty and the Ching Dinasty. The Sugar Baron Room is available for exclusive lunch, dinner, or private conference.


Tugu Hotel - Malang

Tugu Hotel - Malang

Tugu Hotel - Malang


Antique Dining Room


Foto Oei Hui Lan (Putri Oei Tiong Ham)

Oei Hui Lan / Madame Wellington Koo

Oei Hui Lan dijuluki putri orang terkaya di Indonesia, ia memiliki kehidupan yang menjadi mimpi kebanyakan perempuan. Lahir dengan kecantikan menawan Hui Lan dianugerahi limpahan kekayaan. Ayahnya, Oei Tiong Ham adalah pengusaha candu, kopra, dan gula terkaya se-Asia Tenggara. Di zamannya nama Oei sohor dengan sebutan “Raja Gula Semarang”. Oei, konglomerat pertama Asia Tenggara, bos Kian Gwan Concern yang dijuluki ”Rockefeller Asia”.
Hui Lan lahir di Semarang, Jawa Tengah, 21 Desember 1889. Ia dibesarkan dalam rumah yang sangat besar. Luasnya mencapai 9.2 hektar dengan gaya arsitektur Eropa dan China. Di rumah Oei terdapat 200 ruangan, dapur, villa pribadi, dan dua paviliun besar. Oei juga membangun kebun binatang pribadi di rumahnya. Demi merawat semua itu, Oei mempekerjakan 40 pembantu rumah tangga, 50 tukang kebun, dan dua koki asal Cina dan Eropa. “Rumah kami mungkin yang terbesar di tanah Jawa. Kantor Gubernur saat itu masih tak sebanding dengan rumah kami,” kenang Hui Lan.

Istri pertama Oei Tiong Ham bernama Goei Bing Nio, ia adalah  ibu dari Ong Hui Lan. Goei membangun citra keluarga lewat harta yang dimiliki suaminya. Dia membeli apa saja yang dianggap bakal meninggikan derajat keluarga mulai dari perhiasan, pakaian mahal, kendaraan, hingga plesiran ke Eropa. Dari Goei, Hui Lan belajar cara bergaul dengan kalangan Jet Set Eropa dan berhasil menempatkan status keluarga Oei sejajar dengan keluarga kerajaan Inggris.


Pada jamannya, suatu hal lumrah bagi seseorang yang kaya untuk memiliki lebih dari satu istri, hal ini juga terjadi pada rumah tangga Oei Tiong Ham. Di tanah Jawa memiliki gundik merupakan hal lumrah bagi orang-orang kaya. Tak terkecuali Oei Tiong Ham. Suatu hari Oei memutuskan menambah seorang gundik dari keluarga. Keputusan itu disesalkan Goei. Bagi Goei tak soal suaminya memiliki banyak gundik, sepanjang bukan berasal dari keluarga sendiri. Sejak itu Goei bersumpah tak men ginjakan kaki lagi di kerajaan Semarang dan lebih memilih menentap di Inggris bersama putrinya


Suatu hari Tjong Lan berencana menjodohkan adiknya dengan pria asli keturunan Cina. Namanya Wellington Koo. Wellington duda usia 32 tahun alumnus Colombia University. Dia orang penting kedua, setelah Jendral Tang dalam urusan diplomatik luar negeri Cina di Eropa. Hui Lan mengagumi kecerdasan dan kesopanan Wellington dalam bergaul. Tapi dia tak pernah benar-benar ingin menikah dengan seorang duda. “Saya tidak mau menjadi ibu Tiri!” kata Hui Lan kepada ibu dan kakanya. Dalam pernikahan ini Hui Lan akan menjadi istri ketiga dari Wellington Koo.
Hui Lan tak ingin pengalaman kedua orang tuanya terulang dalam hidupnya. Bagi Hui Lan pernikahan kedua orang tuanya tak pernah bisa dimengerti. Mereka menikah tanpa dasar cinta. Bahkan Oei baru melihat wajah Goei saat malam pertama pernikahan. Wajar bila kemudian rumah tangga Oei dan Goei nyaris selalu diwarnai pertengkaran. 

Tjong Lan dan Goei habis-habisan membujuk Hui Lan agar mau menerima lamaran Wellington. Hingga akhirnya kabar perjodohan ini terdengar oleh Oei Tiong Ham yang saat itu sudah menetap di Singapura. Oei marah besar kepada Tjong Lan dan Goei. Menurut Oei, dalam tradisi Cina pernikahan antara gadis dan duda, cenderung merugikan pihak perempuan.
Tapi kemarahan Oei tak  bisa menghentikan ambisi istri dan anak pertamanya memiliki menantu orang terpandang. 1921 Hui Lan menikah dengan Wellington di kantor Kedutaan Belgia. Pernikahan hanya dihadiri sang ibu, kakak ipar Ting Liang (suami Tjong Lan), Jendral Tang dan beberapa pejabat kedutaan Belgia. Tjong Lan selaku mak comblang tak bisa hadir karena sakit. Atas pernikahan itu sang ibu menghadiahi Hui Lan mobil Rolls-Royce dan peralatan makan seharga 10.000 poundsterling. 

Suatu hari seorang peramal India datang menemui Hui Lan. Dia mengatakan ayah Hui Lan akan mati di tangan orang-orang sekitarnya. Hui Lan disarankan segera membawa ayahnya hidup di Cina. Ucapan sang peramal begitu mengejutkan Hui Lan. Terlebih peramal itu juga memberi bukti tanda-tanda kematian sang ayah kepada Hui Lan. Kecuali Hui Lan, tak satupun orang percaya ucapan sang peramal. Sampai akhirnya, tak lama berselang dari ramalan, Oei Tiong Ham benar-benar dikabarkan meninggal pada 6 Juni 1924 di Singapura. Jenazahnya diberangkat ke Semarang untuk dimakamkan.
Usaha Hui Lan mengotopsi jenazah sang ayah guna mendapat penyebab pasti kematian tak mendapat dukungan dari ibu dan keluarganya. Tiba-tiba, Hui Lan teringat ucapan peramal India bahwa tidak ada yang benar-benar mencintai ayahnya kecuali dirinya. Semua keluarga hanya menginginkan harta ayahnya dan kematian menjadi satu-satunya keinginan mereka.


Oei Hui Lan, Wellinton Koo, bersama sosialita barat

Hui Lan akhirnya memilih meninggalkan Semarang dan menetap di Washington. Perlahan waktu dia menyadari bahwa kekayaan dan pergaulan ningrat tidaklah penting. Yang terpenting adalah kepribadian dan cara berpikir seseorang memaknai kehidupan. Hui Lan meninggal tahun 1992 dalam status janda dan meninggalkan dua orang putera. Darinya kita belajar sejarah kehidupan yang membuat kita bertanya "apakah kebahagian dan kehormatan bisa memberi kebahagiaan sesungguhnya?




Oei Hui Lan was at the day, the daughter of the wealthiest man in Indonesia, she had the life that would be the envy of every woman. Born with beauty and lots of riches. Her father, Oei Tiong Ham is a businessman that trades opium and sugar, and said to be the wealthiest man in South East Asia. In his day, Oei was famously called "Sugar King of Semarang". He was one of the first conglomerate in South East Asia, the bos of Kian Gwan Concern who was called "Asian Rockefeller"

Hui Lan was born in Semarang, Center Java on 21st December 1889. She was raised in a very vast house on an 9.2 hectare land, built with European and Chinese architecture. They have 200 kitchen, a private villa and two large pavilion. Oei also built a private zoo in his house. For taking care of this estate, Oei employed 40 housekeepers, 50 gardeners and two chefs from China and Europe. "Our house is probably the biggest in Java. Even the Governor's office pale in comparison." reminisce Hui Lan.

At that time it's quite common for a wealthy man to have concubines, thus is the case in Ong Tiong Ham got one concubine from his first wife's own family, which created rift in their relationship, and prompted Goei Bing Nio, the wife, to leave Semarang and stays in Great Britain.


Later in her life, Hui Lan had arranged married planned for her, with Wellington Koo, whcih was a prominent Chinese Diplomat. This relationship was arranged by Hui Lan's brother and mother, despite her father strong disagreement.


When her father died in Semarang, Ong Hui Lan had a suspicion that a homicide had occurred, and requested an autopsy to be done. Unfortunately this was rejected by her big family and the autopsy never took place. The late Ong Tiong Ham family was very big, and some were not satisfied with how the inheritance was divided amongst them, and took the matter to court.

After all the dust has settled, Ong Hui Lan decided to leave Semarang for good and stayed in Washington until she died in 1992.






Hotel Room

Hotel Tugu - Bedroom
Tarif hotelnya cukup tinggi, sekitar Rp 950.000 untuk kamar standard + breakfast + afternoon tea, apalagi untuk standard kota Malang. Biarpun harganya tinggi, tetap saja hotel ini sangat ramai dan populer, berikut foto fasilitas kamar hotelnya.


We got the hotel rate at about Rp 950.000, standard room with breakfast and afternoon tea. This price is quite steep, specially for Malang city standard, despite that, the hotel is really popular, with loads of guests coming here on the day we arrive.


Hotel Tugu - Bedroom
 Here is a short description of the room :
Superior Deluxe rooms are located on all floors. Some of the rooms are overlooking the huge water lily pond and the Tugu city monument, while some others open to lush tropical greens through their private balconies. Separate writing area overlooking the garden is provided in several rooms
Hotel Tugu - Bath tub

Hotel Tugu - Bathroom

Hotel Tugu - Bathroom Amenities

Hotel Tugu - Tea, Coffee and Rosella Flower Tea

Hotel Tugu - Tea, Coffee and Rosella Flower Tea

Hotel Tugu - Ginger Drink

Hotel Tugu - Hot Ginger drink & Orange Juice


Hotel Tugu - Complimentary Fruits & Water, the coffee bean is optional

Hotel Tugu Malang

Jl. Tugu no. 3 • Malang • Indonesia
Tel. +62-341-363891
Fax. +62-341-362747
Reservation & general inquiries: malang@tuguhotels.com
Sales & marketing inquiries:sales@tuguhotels.com
For Booking Please Visit : Hotel Tugu

Comments

  1. Hello Albert ini postingan kayaknya pernah di muat lama aq pernah baca smua , termasuk pics nya kapan, tepatnya lupa ..kok skrg muncul lagi di bulan januari 2014.....eh kirain postingan baru, dri hotel yg sama dulu ...ternyata flashback reposting ya...moga betul..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, dalam persiapan publish part 2 - afternoon tea dan part 3 - breakfast :D

      Delete

Post a Comment